5 Monumen Penghias Kota Bandung


5 Monumen Penghias Kota Bandung - Selama pendudukan Jepang di Indonesia, setidaknya ada selusin monumen atau patung peringatan yang menghiasi Kota Bandung pada jaman keemasannya “Parijs van Java”. Beberapa monumen tersebut hilang atau hancur musnah ditelan jaman. Keadaan ini terus diperparah ketika Kota Bandung justru dikelola pula oleh orang-orang pribumi yang memerintah tanpa kesadaran bersejarah yang terkandung pada kotanya. Padahal keberadaan monumen-monumen tersebut, bisa jadi merupakan “harta karun” yang menggambarkan perjalanan paling otentik dari sejarah perjalanan kota itu sendiri. Berikut 5 monumen peringatan bersejarah yang pernah ada di Kota Bandung.

1. Monumen Radio Telefon Holland-Nusantara
Di tempat Mesjid Istiqomah sekarang berdiri (Taman Citarum), dahulunya terdapat dua buah monumen peringatan yang sangat fenomenal dimasanya. Pertama Patung dada S.J. Aay, anggota Volksraad yang juga pendiri Ikatan Bintara Militer Belanda (1920) dan Monumen Radio Telefon Holland-Nusantara. Untuk monumen yang kedua, warga Bandung tempo doeloe lebih senang menjuluki monumen itu sebagai “Bloote Billen Plein” alias “Taman Pantat Bugil”. Monumen berbentuk globe dengan dua patung tanpa busana, berhadapan pada masing-masing sisinya. Monumen itu dibuat untuk mengenang pembicaraan pertama kali melalui radio telefon, antara Holland dan Nusantara yang terjadi pada tanggal 5 Mei 1923, melalu instalasi Pemancar Radio Telefon di lereng Gunung Malabar. Untuk memperingati peristiwa bersejarah itu, Walikota Bandung B. Coops, meminta bantuan kepada arsitek Prof. C.P. Wolff Schoemaker, untuk merancang dan mendirikan monumen bersejarah itu. Nasib kedua monumen ini, seperti nasib monumen-monumen lainnya, musnah ditelan jaman.

Monumen "Pantat Bugil" di Taman Citarum (sumber: Haryoto Kunto)

Patung Dada S.J.AaI di Taman Citraum (sumber: Haryoto Kunto)
  
2. Patung Dr.Ir. J.W. Ijzerman
Jauh sebelum nama Taman Ganeca disematkan, dahulunya taman yang berlokasi tepat di depan kampus ITB ini bernama Taman Ijzerman atau Ijzerman Park. Pada taman bergaya paduan Perancis, Italia dan Indische Tropische Park ini, di serambi mukanya terdapat sebuah patung dada setinggi satu meter lebih dari seorang Belanda bernama Dr.Ir. J.W. Ijzerman. Baik taman maupun Patung Ijzerman, adalah sebuah bentuk penghargaan untuk seorang Ijzerman yang dilakukan pada tahun 1919 oleh Gemeente Bandung. Penghargaan ini diberikan, untuk mengenang perjuangan dan jasa Dr. Ijzerman dalam mengupayakan berdirinya Perguruan Tinggi Teknik pertama di Nusantara, yang kelak bernama Technische Hoogeschool atau dikenal kini dengan nama ITB.

Patung Dada Doctor.Ir.J.W Ijezrman di Taman Ganeca (sumber: Haryoto Kunto)

3. Monumen 50 Tahun Staats Spoorwegen
Dalam rangka memperingati hari jadi “Staats Spoorwegen” yang ke 50 (5 Juni 1925), Ir. E.H. de Roo dari Gemeente Bandung ditugaskan untuk membangun sebuah tugu peringatan, yang lokasinya tepat di depan stasiun Kereta Api Bandung. Tugu peringatan tersebut, dibuat dari konstruksi baja, dengan hiasan dari besi cor, berbentuk pilar segi delapan, dengan lentera kaca di puncaknya. Tugu peringatan ini berfungsi juga sebagai titik triangulasi di Kota Bandung, yang artinya titik orientasi pengukuran dan pemetaan kota. Untuk memperingati moment  yang sama, disalah satu taman di Kota Bandung didirikan juga sebuah Monumen Batu peringatan 50 tahun kereta api di Jawa (1875-1925), yang nasibnya setali tiga uang karena kepicikan sejarah, turut musnah dibongkar penguasa.

Monumen 50 Tahun Staats Spoorwegen di Stasion Bandung (Sumber: Haryoto Kunto)

Monumen 50 Tahun Staats Spoorwegen (Sumber: Haryoto Kunto)

4. Monumen Dirgantara Belanda
Selama 25 tahun (1914-1939), crew pesawat dan penerbang Belanda yang gugur akibat kecelakaan pesawat di wilayah sekitar Bandung, tercatat berjumlah 37 orang kadet. Termasuk didalamnya penumpang pesawat Glen Martin TA yang gugur di Kalijati pada tanggal 14 Februari 1916, Luitenant-General J.P. Michielsen, Panglima Bala Tentara Belanda dan Komandan Departement van Oorlog (DVO). Adapun untuk memperingati dirgantarawan Belanda yang gugur itu, maka di Jl. Padjadjaran, pada pintu masuk pangkalan udara militer Andir (Bandara Husein Sastranegara sekarang) dan pintu masuk DVO (Kobangdiklat AD di Bandung), didirikan masing-masing sebuah tugu peringatan yang sederhana namun monumental. Kedua tugu peringatan inipun telah lama hilang, tinggal kenangan saja.


Monumen Dirgantara Belanda di Bandara Husein S (Sumber: Haryoto Kunto)

Patung Dada Letjen.J.P. Mitchieelseen (Sumber: Haryoto Kunto)

5. Patung J. Enggelbert van Bevervoorde
Di simpang tiga Jl. Wastukencana dan Jl. Tamansari, dahulu berdiri tegak monumen patung dada, buat memperingati gugurnya Kapitein J. Enggelbert van Bevervoorde. Enggelbert adalah seorang penerbang Angkatan Udara Belanda yang jatuh gugur bersama pesawatnya Glen Martin TT4 di Sukamiskin pada tanggal 1 September 1918. Pada jaman penjajahan Jepang, patung ini diperintahkan dibongkar dan dimusnahkan. (**)

Patung Dada Engelbert di Jl.Wastukencana (sumber: Haryoto Kunto)

0 komentar:

Posting Komentar